Semarang, 21 November 2020. Program Magister Ilmu Ekonomi Universitas Diponegoro mengadakan Seminar Ekonomi yang bertajuk “Pandemi Covid-19 dan Perekonomian Makro Indonesia: Proyeksi, Solusi, dan Koordinasi”. Acara ini dimoderatori oleh Dwiyanto Cahyo Sumirat (Ketua Tim Pengawasan SIstem Pembayaran, Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Tengah) dan sebagai pembicara adalah Eka Chandra Buana (Direktur Perencanaan Makro dan Analisis Statistik, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional). Acara Seminar Ekonomi tersebut diikuti oleh 165 peserta

Eka Candra menyebutkan bahwa dalam masa wabah Covid-19 ini kebijakan ekonomi mengikuti factor Kesehatan. Terdapat dua skenario bahwa penanganan Covid-19 yang ketat akan menyebabkan ekonomi turun tajam dan dapat pulih dengan cepat, sedangkan skenario kedua penanganan lambat, ekonomi turun tidak terlalu tajam, tetapi pemulihannya lambat. Dan Indonesia mengalami skenario kedua. Sehingga dibanding negara lain pemulihan aktivitas Indonesia berjalan lambat

Secara khusus Indonesia mengalami konstraksi, pada kuartal II 2020 sebesar -5.32% dan pada kuartal III 2020 sebesar -3.49%. meskipun kontraksi pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 relatif rendah yaitu -3.5% tetapi secara yoy dibandingkan kuartal III 2019 penurunannya cukup besar yaitu -8.51%

Dari sisi pengeluaran pada quartal ke tiga yoy semua komponen mengalami konstraksi (Konsumsi RT (-4.04%), Konsumsi LNPRT (-2.12%), investasi (-6.48%), Ekspor (-10.82%) Impor (-21.86%) kecuali konsumsi pemerintah yang tumbuh 9.76%. Konsumsi pemerintah tumbuh signifikan, didorong akselerasi belanja PEN.

Jika dilihat dari sisi pengeluaran konsumsi pemerintah bisa dibilang sebagai bagian yang vital dalam menghadapi Covid-19 ini. Maka dari itu pemerintah melakukan revisi atas batas maksimum deficit anggaran melalui perpu, yang tadinya 3% menjadi 5% lalu 5.7% dan terakhir deficit 6.34 %.

Dari sisi Lapangan usaha, sektor dengan kontribusi terbesar, industry pengolahan mengalami kontraksi cukup dalam sebesar 4.31%. sektor pertanian, jasa Kesehatan, informasi dan komunikasi, pengadaan air, jasa Pendidikan, real estate dan administrasi pemerintahan tumbuh positif. Sektor transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makanan minuman serta jasa perusahaan mengalami dampak terbesar dari covid-19.

Turunnya beberapa sektor dan tumbuhnya di sektor lain menjadikan beberapa wilayah beradaptasi, terutama pada sektor pertanian. Di Bali contohnya karena pariwisata anjlok saat Covid-19, akhirnya banyak yang balik ke desa dan berusaha di bidang pertanian.

Dilihat dari per provinsi, maka seluruh provinsi mengalami konstraksi pada kuartal III 2020  kecuali Provinsi Maluku Utara (6.7%) dan Sulawesi Tengah  (2.8%). Dan yang perlu disoroti adalah Bali, karena di kuartal II 2020 sudah terkontraksi -11% dan kuartal III 2020 justru semakin parah sebesar -12.3%.

Outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020

Mulai melandainya penyebaran kasus Covid-19 akan mampu mendorong perbaikan konsumsi RT dan investasi. Peningkatan konsumsi RT juga akan didorong oleh banyaknya hari libur akibat pemindahan cuti Bersama. Dorongan belanja konsumsi pemerintah diperkirakan akan melambat pada kuartal IV 2020 dengan sisa anggaran yang ada. Sedangkan kinerja ekspor akan mengalami tekanan seiring dengan terjadinya second wave.

Dari sisi lapangan usaha, perbaikan signifikan diperkirakan akan terjadi pada sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, transportasi dan pergudangan, serta perdagangan seiring dengan melandainya penyebaran Covid-19 dan banyaknya hari libur pada kuartal IV 2020. Sementara itu, sektor pertanian akan dihadapkan pada risiko fenomena La Nina yang berdampak pada hasil produksi pertanian. Industi pengolahan diperkirakan mengalami perbaikan bertahap.PMI Manufaktur bulan November masih mengindikasikan terjadinya kontraksi di sektor ini. Sektor informasi dan komunikasi; jasa Kesehatan akan menjadi sektor dengan pertumbuhan tertinggi di kuartal IV.

Untuk strategi pemulihan jangka pendek diterapkan adalah pengendalian Covid-19 dengan menerapkan protokol Kesehatan; peningkatan kapasitas testing, tracing dan isolasi; serta peningkatan sarana dan prasarana Kesehatan. Selain itu juga dilakukan stimulus Fiskal melalui program PEN dengan akselerasi dan perluasan bantuan sosial; akselerasi bantuan keuangan, restrukturisasi dan penyaluran kredit UMKM dan korporasi; serta akselerasi belanja pemerintah lainnya termasuk belanja modal.

Sasaran dan Arah Kebijakan KEM 2021

Sasaran Pembangunan Nasional 2021 adalah Tingkat Kemiskinan 9.2-9.7%; Pertumbuhan Ekonomi 5%; Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 7.7-9.1%; Gini Rasio 0.377-0.379; Indeks Pembangunan Manusia 72.78-72.95; Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) 23.55-24.05.

Sasaran pertumbuhan ekonomi 2021 sebesar 5%. Dari sisi produksi industry manufaktur (5%); pertanian (3.6%); Perdagangan (4.8%); penyedian akomodasi dan makan minum (6.1%); informasi dan komunikasi (9.2%); konstruksi (5.9%); dan Pertambangan (1%). Dari sisi pengeluaran Konsumsi RT dan LNPRT (4.7%); Konsumsi Pemerintah (5.8%); Investasi (6.6%); Ekspor (4.5%) dan Impor (5.9%). Dari sisi pengeluaran Konsumsi RT dan LNPRT (4.7%); Konsumsi Pemerintah (5.8%); Investasi (6.6%); Ekspor (4.5%); Impor (5.9%).