Belum lama ini Indonesia kembali turun kelas menjadi Negara Berpenghasilan Menengah ke Bawah (lower middle income country). Fakta ini tentu menjadi tantangan besar bagi Indonesia setelah pada tahun 2019 berhasil naik status menjadi Negara Berpenghasilan Menengah ke Atas (upper middle income country). Bank Dunia dalam laporannya yang diperbaharui setiap bulan Juli melaporkan bahwa penurunan status ini terjadi karena menurunnya Pendapatan Nasional Bruto (GNI) per kapita pada tahun 2020. Pada tahun 2019 GNP per kapita Indonesia sebesar 4.050 dollar AS, turun menjadi 3.870 dollar AS pada tahun 2020. Penurunan ini disebabkan oleh dampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan ekonomi Indonesia terkontraksi -2,07 persen pada tahun 2020. Bappenas sendiri sebelum pandemi memproyeksikan pendapatan per-kapita Indonesia bisa mencapai 4.500 dollar AS pada tahun 2020.

Secara konseptual terdapat multi-faktor yang menentukan level pendapatan per-kapita sebuah negara, salah satunya adalah keberadaan dan kualitas pekerjaan kelas menengah. Terkait dengan dengan ini, Bank Dunia secara khusus membuat laporan yang dirilis bulan Juni 2021 berjudul: Langkah Menuju Pekerjaan Kelas Menengah di Indonesia. Dalam laporan tersebut dinyatakan bahwa meskipun tercipta lapangan kerja yang besar dalam kurun waktu 2009 – 2019, tetapi Indonesia belum mampu mencetak pekerjaan kelas menengah untuk menjadi negara kelas menengah. Hampir setengah penduduk Indonesia masih merupakan golongan calon kelas menengah, dimana mereka sudah berhasil keluar dari golongan miskin dan rentan miskin, tetapi masih belum mencapai golongan berpenghasilan menengah. Indonesia perlu pekerja kelas menengah dengan produktivitas tinggi agar bisa mewujudkan golongan tersebut menjadi kelas menengah. Bank Dunia lebih lanjut juga menyoroti faktor yang menjadi kendala bagi Indonesia untuk bertransisi menuju pekerjaan kelas menengah.

Keberadaan pekerjaan kelas mengah tersebut lebih menarik lagi jika dikaitkan dengan struktur ketenagakerjaan Indonesia. Sejauh ini kondisi umum ketenagakerjaan Indonesia belum kompetitif dan belum sepenuhnya siap mendukung akselerasi sektor ekonomi. Profil ketenagakerjaan Februari 2021 yang dirilis BPS menunjukkan bahwa komposisi penduduk bekerja berdasarkan pendidikan masih didominasi SD ke bawah (37,41%), kemudian berturut-turut diikuti oleh Sekolah Menengah Atas (18,18%), Sekolah Menengah Pertama (18,54%), Sekolah Menengah Kejuruan (12,33%), Universitas (10,18%) dan Diploma I/II/III (2,74%). Sementara itu, dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan masih didominasi oleh lulusan SMK sebesar 11,45%. Ini tentu menjadi tantangan besar karena pendidikan kejuruan didesain untuk menjadi backbone penciptaan lapangan kerja. Dengan komposisi tersebut tentu sulit bagi upaya akselerasi penciptaan pekerjaan kelas menengah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, Program Studi Magister Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip menyelenggarakan seri Webinar dengan tema “Pekerjaan Kelas Menengah: Fakta dan Potensi Bagi Ekonomi Indonesia”.

Seri Diskusi Ilmiah ini akan diselenggarakan pada hari Rabu tanggal 15 September 2021, secara daring (online) dari pukul 08.00 – 12.00 WIB.

Acara akan dibuka oleh Prof. Dr. Suharnomo, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip dan dimoderatori oleh Wahyu Widodo, Ph.D selaku Kepala Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Undip.

Narasumber dalam kegiatan Diskusi Ilmiah ini adalah:
1. Maria Monica Wihardja, Ph.D dari Bank Dunia (World Bank)
adalah salah satu penulis laporan Bank Dunia berjudul “Langkah Menuju Pekerjaan Kelas Menengah di Indonesia”.

2. Prof. Dr. FX. Sugiyanto, dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip
adalah ekonom senior dan penasehat Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Para peserta dapat mendaftar melalui link berikut :

Info lebih lanjut :
081228134300