Indonesia memegang Presidensi G20 untuk pertama kalinya pada periode 1 Desember 2021 sampai 30 November 2022. Namun, tanggungjawab ini diemban dalam kondisi perekonomian nasional dan global yang penuh tantangan, diikuti kondisi geopolitik yang tidak kondusif yang setiap saat bisa menstimulasi ketagangan antar blok yang lebih besar. Dampak akhirnya dapat diperkirakan yaitu perekonomian dunia yang makin terpuruk.
Saat ini Indonesia dan dunia baru sedikit lepas dari dampak pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun. Dampak Covid-19 sangat serius terhadap perekonomian nasional. Indonesia masuk dalam resesi ekonomi setelah pertumbuhan ekonomi negatif pada Kuartal II 2020 hingga Kuartal I 2021. Hasilnya, ekonomi Indonesia tahun 2020 terkontraksi -2,06%. Resesi ekonomi adalah ketika perekonomian tumbuh negatif dalam dua kuartal berturut-turut.
Selanjutnya, defisit anggaran membengkak mencapai kisaran 5-6 % sebagai konsekuensi ekspansi belanja untuk mitigasi dampak Covid-19 melalui penerbitan surat utang negara. Konsekuensi lebih lanjut adalah utang pemerintah membengkak hingga rasionya terhadap PDB berkisar 40%. Meskipun masih di bawah ketentuan UU Keuangan Negara, tetapi level tersebut sudah melewati standar aman dari Bank Dunia sebesar 30%.
Covid-19 juga berdampak pada sistem keuangan Indonesia. Dampak sirkular yang dimulai dari sisi permintaan (demand) pada akhirnya ke sektor dan sistem keuangan. Terlebih tidak ada alternatif lain untuk pembiayaan mitigasi dampak Covid-19 kecuali dari penerbitan surat berharga negara (SBN). Naiknya utang pemerintah berpotensi pada naiknya country risk, yang bisa menekan penilaian global terhadap daya tahan perekonomian nasional. Imbasnya adalah bisa menurunkan peringkat investment grade Indonesia.
Sejauh ini, upaya pemerintah sudah berjalan on the right track, di tengah masih banyaknya isu terkait efektivitas dan efisiensi kebijakan mitigasi, terutama terkait dengan bantuan sosial. Perekonomian nasional mulai pulih pada Kuartal II 2021, yang tumbuh mencapai 7,07%. Namun kembali tertekan pada Kuartal III 2021 (tumbuh 3,51%) akibat naiknya kembali Covid-19. Di kuartal IV 2021 dan Kuartal I 2022, perekonomian sudah menunjukkan kembali ke path-nya dengan pertumbuhan pada kisaran 5%.
Namun demikian, ketidakpastian belum berhenti. Di samping Covid-19 yang masih belum bisa diprediksi, dunia dihadapkan pada konflik perang antara Rusia dan Ukraina yang juga menimbulkan dampak sangat serius. Selain dampak kemanusiaan, dampak ekonominya luar biasa. Dunia menghadapi kenaikan harga pangan, yang memicu krisis pangan global. Inflasi global meningkat tajam, mendorong peningkatan pengangguran. Harga komoditas dunia meningkat, dan dunia juga menghadapi krisis energi. Kondisi ini mengancam ketahanan perekonomian nasional dan global.
Mencermati perkembangan tersebut, penting untuk terus memberikan perhatian pada isu-isu ekonomi strategis. Untuk itu, Program Studi Magister Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip, menyelenggarakan seri Kuliah Umum bertema: “G20 Presidency, Global Challenges and Resilience of Indonesia’s Economy and Financial System”. Seri Diskusi Ilmiah ini akan diselenggarakan pada hari Rabu tanggal 22 Juni 2022, secara daring (online) dari pukul 08.00 – 12.00 WIB.
Narasumber dalam kegiatan Kuliah Umum ini adalah Suminto, M.Sc., Ph.D. Saat ini menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal, Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Acara akan dibuka oleh Prof. Dr. Suharnomo, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip dan dimoderatori oleh Wahyu Widodo, Ph.D selaku Kepala Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Undip.